Skip to main content

Menari Dalam Hangatnya Air Hujan - Tlatar


Haiii.... balik lagi ke 100 kata yak. Awalnya pengen 1 post/hari, tapi kok ya keteter. Oke, Saya coba mulai lagi.

Pada nyimak laporan cuaca akhir-akhir ini gak? Khusunya di wilayah Semarang dan Boyolali. Hujan turun hampir tiap sore hari, bahkan kadang mulai dari siang sampai malam. Hal ini membuat jadwal lari dan berenang menjadi terganggu.

Seperti awal bulan kemarin. Jadwal renang yang biasanya di hari sabtu pagi terpaksa diubah ke minggu sore karena lagi banyak agenda. Ada undangan blogger, kerjaan tambahan di kantor, dan iya, hujan (maafkan saya, hujan. bukan maksud menjadikanmu kambing hitam).

"Wah, langit terang nih" Oke, saya keluar rumah, memandang langit jauh di sisi selatan dan utara yang terang, alhamdulilah masi ada sorot matahari. Lalu saya intip jam di pojok kiri atas layar hape menunjukan pukul 14.30. Wah waktunya pas nih buat renang. Maka saya segera berangkat renang ke Tlatar - Boyolali.

HUJAN DERAS

 

Di tengah perjalanan, langit mendung hitam bergulung-gulung, angin berhembus dingin, aroma tanah tercium terbawa angin. Kepalang tanggung, sudah setengah perjalanan nih. Saya lanjutkan perjalanan mengenakan jas hujan ploco. Berharap semoga nanti di kolam sudah terang.

Sampai di Kolam renang, hujan malah makin lebat. Kolam renang sudah sepi, tidak ada yang berani nyemplung. Pengunjung hanya berteduh di ruang ganti dan mungkin bersiap pulang jika hujan mulai reda. Hanya ada seonggok ban hitam yang mengapung tertinggal di tengah kolam.

Saya menunggu cukup lama di pojokan ruang ganti pria (sendirian) sambil memandang permukaan kolam yang dihujam jarum-jarum air. Lumayan lama, hampir 60 menit hingga pukul 16.20an, tapi hujan belum juga mereda. Satu jam lagi langit sudah gelap, kolam akan ditutup.

"Nyemplung saja lah!" Kepalang tanggung. Daripada meringkuk kedinginan di pojokan dan pulang membawa kentang sekarung. Saya putuskan untuk masuk kolam dan berenang ditemani guyuran hujan.

"Hangat. Ternyata air kolam tak sedingin dugaan saya"

Airnya tidak hangat, tapi tidak sedingin jika tetap meringkuk menunggu di pojokan. Setelah berenang 500 meter, badan mulai panas dan tidak lagi merasakan dingin. Dingin baru terasa jika berhenti.

Hujan sedikit reda. Lalu datanglah ABG wanita bersama ayahnya memakai perlengkapan renang lengkap. Disusul pria berdada kotak bercelana renang macan dan tutup kepala, datang lagi laki-laki dan perempuan umur 20an yang berbadan tinggi ramping juga mengenakan atribut lengkap, beserta snorkle, fin dan papan.

"Wah, atlit kih!"

Mereka langsung terjun sempurna seperti lumba-lumba dengan kecepatan berenang yang mengerikan. Saya yang amatir ini agak minder, tapi juga merasa senang karena ada yang ikut hujan-hujanan di dalam kolam renang.

Sore itu ditutup dengan berenang 2 kilometer, berkenalan dengan club renang dan keluar dari kolam dalam kondisi gelap. Di rumah sudah ditunggu istri dengan bibir dilipat "mblayang wae!"

Comments

  1. Renang sambil ujan-ujanan beneran malah anget air kolamnya ya 😁

    Cuma yang dikhawatirkan tau-tau ada petir..

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu, saya juga was was... ujug ujug mak jederrrr

      Delete
  2. Muncul mas 200m saja... gaya katak...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mau Masak Nasi Goreng atau Bakar Warung?

"Mas, ini mau masak nasi goreng atau mau bakar warung?” Batin saya ketika menyaksikan cara masak Mas Jhon sang pria gempal berjenggot tajam. Kayanya masnya bekas pesulap atau pemain debus, itu cipratan api hampir menjilat mbun mbunan kepalanya. Salah satu warung nasi goreng di Alun Alun Bung Karno ini masaknya lebay, kebanyakan gaya, tapi cukup menghibur. Api meluber dari wajan sampai menyembur seperti fire gun tentara Nazi. Katanya ini bukanlah sulap, melainkan efek dari kuah kaldu dan minyak yang bersentuhan dengan api. Jadi teringat dengan adegan cafe bar bar dari Purowodadi yang lempar panci, wajan, lempar kompor, lempar solet. LHOSSSS! Lalu bagaimana rasanya setelah dibumbui efek jurus ninja semburan api ini? Ada yang spesial? Egak tahu, saya cuma lewat nyari ketela goreng. Yang dimasak juga bukan nasi goreng, tetapi bakmi godog.

Kesurupan Hantu Wanita dan Cara Mengobatinya

"HIHIHI..." Wanita yang tadinya tidur diam persis orang mati tiba-tiba ketawa mirip kuntilanak. "KMPRT BJRUT!!!" Sontak saya kaget! mencolot satu langkah ke belakang sambil megang isi dada yang hendak njepat . Saya yang tadinya penasaran memilih mundur cari aman. Begini ceritanya: Hari jumat kemarin kantor mendadak heboh karena ada kesurupan masal. Ada 3 orang yang terindikasi dirasuki setan karyawan wanita yang dulu meninggal karena kecelakaan. Korban terakhir terpaksa didorong ke klinik dengan troli karena begitu beratnya, saya perkirakan  beratnya lebih dari 80kilo (semoga tidak dianggap bodyshaming). Jika dibopong atau digendong bisa bikin tulang punggung retak walaupun diangkat rombongan. Saya yakin 4 orang yang tadi mbopong, urat dan ototnya sudah ngilu. Suasana klinik medadak jadi singup, horor dan kelam. Ada 3 wanita yang sedang berontak kerasukan dan mencoba ditenangkan oleh teman dan karyawan lain dengan cara dipegangi kakinya, badan dan kepala

Arti Sebuah Foto Lawas dan Berjamur

Bapak dan Ibu nampak tersenyum bahagia duduk berdua di kursi. "Bapak, Ibu, ngapurane rumahnya belum rapi" Saya usap kaca yang berdebu tipis dengan telapak tangan sambil membayangkan suasana foto tersebut diambil, di Hari Idul Fitri. "Nanti kalau temboknya sudah selesai dicat, foto njenengan saya pasang lagi nggih?"  Foto dan pigura saya kembalikan lagi ke rak almari Tidak sengaja Saya melihat foto kenangan yang lain di rak, foto ketika masih SD. "Bentukku pas cilikan kok elek men ya?" dengan posisi kaki ngeweh ,  memakai peci putih dan setelan baju koko warna krem dan sandal lili warna coklat yang sering bikin kepleset kalau basah. Waktu itu Kakak perempuanku sedang acara wisuda di TPQ, ada Bapak dan Ibu yang ikut serta dalam foto itu. Terus kapan Saya wisuda? hihihi hanya impian saja, Saya malah sering bolos ngaji, main ke rumah teman dan nonton film kartun transformers. Kalau Sandi baca ini, pasti ngekek. Saya jadi kangen masa-masa duduk berdu