Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2017

Jalur Khusus Pertamax

“Wah SPBUnya mengular, bun” Sore itu, SPBU di Suruh antriannya puwanjiyaaaang. Tapi apa boleh buat? Jarum Indikator bahan bakar sudah mepet di empty dan merah. Kalau isi bensin di SPBU di Karanggede berasa dikemplang. Hitungannya tidak sportif. Beli 20ribu berasa 15ribu. Yasudahlah… antri panjang kita. Terlihat X Banner bertuliskan “JALUR KHUSUS PERTAMAX” di sebelah kanan dan “JALUR KHUSUS PREMIUM” di sebelah kiri. Sama sama panjang antrinya. Okelah, sebagai tim pertamax, saya harus ambil jalur kanan. Wah, orang sini seleranya pertamax juga. “Okesip, tinggal 2 antrian”  Tapi tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh. 2 antrian di depan saya ternyata mengisi Premium di jalur pertamax. KAMPRETOS NOMOS! Ah sudahlah, Petugas SPBUnya baik hati ya? Melayani dengan baik semua pelanggan, baik premium dan pertamax. Tapi lama-lama kok kesel yak! Jadi pengen nggajul Banner “JALUR KHUSUS PERTAMAX” @slamsr 27OKT2017

Sosok Darmiyanto, Atlit Lari 161 Medali dan 19 Piala Untuk Negeri

"Nrimo ing pandum" adalah kata yang menentramkan hati, bisa berarti ikhlas menerima apa yang diberikan atau yang didapatkan. Dalam usianya yang sudah tidak muda lagi, 81 tahun, Pak Darmiyanto masih berlari 20 Kilometer setiap harinya dan mengayuh becak untuk menghidupi keluarganya, istri, anak dan kini ingin membahagiakan cucunya. “Kalau tidak lari, badan malah pegel pegel”  Bukan salah anaknya yang membiarkan orang tuanya tetap berlari dan menarik becak, namun keinginan Pak Darmiyanto sendiri mengingat tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan seorang ayah. Anak anaknya pernah meminta untuk berhenti berlari dan menarik becak, namun jika berhenti, malah merasa tidak sehat. "Jika negeri ini masih menginginkan aku berlari, maka aku akan terus berlari " 81 tahun berlari itu bukan waktu yang sebentar, pasti banyak ilmu dan pengalaman dalam olahraga lari yang bisa diajakrkan ke generasi muda hingga berhasil medapatkan 161 medali dan 19 piala yang dia sumba

Destination host unreachable

“Mas, komputerku internetnya mati, tolong sini” Pesan di whatsapp dari teman kantor yang dulu pernah jadi gebetan. “ok, aku meluncur ke TKP. Cepat, lebih cepat dari memasang connector RJ45, dan lebih cepat daripada membuat akun email” “Karepmu, mas!” Aku lihat layar monitor, ada tanda seru warna kuning di icon networknya. Sent ada angka 7.562 Bytes sedangkan Received 0 Bytes. Apakah ada IP Addres yang conflict? atau mungkin seseorang memakai IP yang sama. Aku ganti IP 192.168.30.45 menjadi 192.168.30.78 setelah aku ping menunjukan Destination host unreachable , itu pertanda tidak ada yang memakai IP tersebut. Tapi kenapa setelah aku ganti IP-nya, masih saja ada tanda seru kuning? Damn! Aku test cara lain dengan menyambungkan pada kabel lain yang masih dalam satu jaringan. Hasilnya nihil, tetap ada tanda seru warna kuning di icon networknya. “LAN cardnya rusak nih, sementara pakai Wifi dulu ya” Solusi sementara dari saya, sekaligus sebagai obat penenang supaya a

Kolam Renang Standard Nasional dan Ekspektasi Yang Terlalu dalam

Datanglah saya ke Kolam Renang Standar Nasional di Umbul Talatar dengan arahan dan petunyuk google map. Alhamdulilah tidak nyasar. Rasa penasaran atas label "standar nasional" yang disandang dan bekal sebuah foto cantik dari akun Instagram kota yang begitu menggoda, yaitu sebuah foto bird eye's view angle dengan pemandangan kolam renang yang jernih berjudul "Kolam Renang Standard Nasional". Dalam benak saya membayangkan sebuah kolam renang dengan panjang 50 meter, lebar 25 meter, kedalaman 2 meter dan 8 tumpuan lintasan. Ditambah lagi air yang jernih tanpa kaporit karena berlokasi di boyolali yang terkenal dengan sumber airnya. Taraaaaa....  Ternyata benar adanya kolam yang berstandar nasional, sesuai dengan ukuran dan satuan standar, tapi manusia yang berenang belum tau standar berenang. Ada yang makan di pinggir kolam, berenang pakai baju katun, celana panjang, celana jins, bahkan ada juga yang pakai sweater. Duh dek. Itu baru di permukaan, Lebih d